Tuhan,
Arahkan rasa tak terarah dalam hatiku ini,
Arahkan rasa yang pernah ku miliki,
Rasa ku untuk se sosok malaikat penjaga yang kau kirimkan padaku,
Dulu,
Tapi itu dulu. .
Ada apa dengan ego ku yang slalu menguasaiku?
Egoku untuk khianati rasa indah itu,
Hanya demi keinginan samar,
Samar, semu, Tak tentu
Entahlah apa namanya itu. .
Yang mugkin suatu saat ingin itu akan terkalahkan lagi oleh egoku,
Lagi, lagi dan lagi,
Sekali lagi,
Ku kecewakan malaikat ku,
Ini bukan sekedar rasa kecewa namanya,
Sakit pun lebih dari itu,
Ku terbang melayang bersamanya,
Menari nari ditengah canda kami,
Menikmati senja di ufuk barat,
Hingga terbit fajar di langit timur,
Indah, iya lebih dari indah kisah kami. .Berbagai musim dia telah mendampingi hidup ku,
Menjaga hati, rasa, juga jiwaku,
Pintaku bukanlah beban baginya,
Iya, .
Dia malaikat ku . .
Malaikat yang kini ku sia kan . .
Karna di persimpangan jalan ku tergoda,
Tergoda dengan pribadi baru,
Pribadi yang mengusik rasa keingintahuan ku,
Membuat egoku sekali lagi menantang ku,
Menantang untuk encoba hal baru, .
Mengapa?
Mengapa slalu seperti ini, Tuhan?
Malaikat itu,
Akhirnya terpuruk untuk ke sekian kalinya,
Maafkan,
Maafkan bidadari kecilmu ini,
Maafkan bidadari bertaring yang berulang kali mencoba mengukir luka di kedua sayapmu,
Maafkan karna ia telah lelah menjaga cintamu,
Maafkan. .
Aku mengenalmu lebih dari dirimu sendiri,
Kamu Malaikat hebat ,
Malaikat yang penuh kasih, kelembutan juga cinta,
Tengoklah,
Di sekitarmu berkeliaran bidadari berhati mulia,
Siap menyambutmu,
Membalut luka perih itu,
Tenang,
Titipkan bidadari kecilmu itu pada Tuhan,
Suatu saat dia kan kembali melihatmu tersenyum,
Bersanding dengan ratumu,
Malaikat ku,
Secuil harap dan berbagai doa terselip di setiap sujudku,
Bahagiamu, itulah inginku,
Senyum yang dulu, berkembaglah lagi
Lupakan,
Lupakan luka ini,
Bangkitlah, terbanglah lagi,
Mentari menunggu mu.
Abaikan kesepakatan tertulis itu,
Cobalah menyayangi hatimu lagi,
Maaf, maaf dan beribu kali aku mengucapnya terasa tak berguna,
Setidaknya aku bisa berbuat satu hal atas kesalahan fatalku,
Senyum itu, Bahagia itu
Malaikat ku,
Bukan,
Bukan lagi. .
Terbanglah,
Bersama rasa ku menggapai impi mu
Maafkan lah hati,
Yang tak lelah menyakitimu,
Aku berharap suatu hari nanti,
Ku temukan dirimu bahagia
oleh: Rifki Fikasari